Info Terbaru 2022

Singapura Hapus Sistem Ranking Dan Ujian Sekolah

Singapura Hapus Sistem Ranking Dan Ujian Sekolah
Singapura Hapus Sistem Ranking Dan Ujian Sekolah
Paradigma pendidikan Singapura berubah, “Belajar bukan kompetisi”.
Singapura menghapuskan sistem rangking bagi murid-murid Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah (primary and secondary school). Penghapusan ini untuk mengatakan kepada murid-murid bahwa berguru bukanlah kompetisi. Yang diutamakan ialah mendisiplinkan diri sendiri biar berhasil dalam kehidupan.

Menurut Menteri Pendidikan Singapura Ong Ye Kung, sekolah ialah kawasan berguru bukan untuk kompetisi, bersaing dan tinggi-tinggian rangking nilai atau prestasi. Oleh karenanya, pemerintah Singapura akan mengarahkan sistem pembelajaran dengan model pengembangan minat murid, tanpa harus membandingkan mana murid yang berprestasi dan mana yang bukan.

“Learning is not a competition,” tegas Menteri Ong Ye Kung.

Negara kecil ini akan menghapus ujian pada tahun 2019. Sekitar 1.700 sekolah semua info yang terkait pemeringkatan ditiadakan. Misalnya, nilai tertinggi atau terendah untuk mata pelajaran tertentu, pewarnaan atau menggaris bawahi nilai yang di bawah standar, jumlah seluruh nilai mata pelajaran dan lain-lain.

Mulai tahun depan kementerian pendidikan akan menghapuskan ujian semua mata pelajaran buat murid-murid kelas satu dan dua SD. Selain itu, apapun bentuk penilaian yang diperoleh murid tidak akan diperhitungkan dalam perolehan nilai secara keseluruhan.

Penghapusan sistem rangking dan ujian ini memungkinkan murid-murid fokus pada pelajarannya. Tidak terlalu memikirkan persaingan secara berlebihan, ibarat membandingkan perolehan nilainya dengan nilai teman-temannya.

Para guru akan berupaya mengetahui kepandaian murid-muridnya melalui diskusi kelas, hasil pekerjaan rumah dan pertanyaan-pertanyaan verbal ihwal sesuatu hal. Sekolah juga memakai penanda secara kualitatif untuk menilai kemajuan murid-murid. Selain itu, guru mengadakan pertemuan terencana dengan orang bau tanah murid untuk membahas banyak sekali hal.

Keputusan meniadakan rangking dan ujian sangat realistis alasannya pendidikan bertujuan membantu generasi muda menjadi insan seutuhnya. Memperoleh pendidikan yang terkait dengan, spritual, moralitas, bisa bersosilisasi, peka terhadap kepentingan orang lain dan rasional, jadi bukan hanya pengetahuan saja.

Pendidikan huruf memang lebih penting daripada perolehan nilai tinggi alasannya akan menjadi dasar dalam berperilaku. Bukankah kita sering mendengar, makin banyak orang pandai tetapi kejujuran menurun. Fakta ini menandakan kepandaian yang tidak diimbangi spiritualitas dan emosi cenderung merugikan orang lain.

Kementerian Pendidikan Singapura sendiri melihat menyesuaikan sikap murid terhadap perubahan akan jauh lebih gampang daripada mengubah pandangan orang bau tanah Singapura. Orangtua Singapura terlalu usang dibesarkan dengan tekanan dan kerasnya ujian. Satu hal belum berubah ialah masih diterapkankannya sertifikasi sebelum meninggalkan pendidikan dasar.

Seperti di Finlandia sebagai negara dengan sistem pendidikan paling maju di dunia ketika ini pun tak mengenal namanya Ujian Nasional. Evaluasi mutu pendidikan sepenuhnya dipercayakan pada para guru sehingga negara berkewajiban melatih dan mendidik guru guru biar bisa melakukan penilaian yang berkualitas.

Setiap final semester murid mendapatkan laporan pendidikan menurut penilaian yang sifatnya personal dan tidak membandingkan para murid dengan peringkat juara ibarat yang telah menjadi tradisi pendidikan di Indonesia. Pemerintah Finlandia sangat meyakini bahwa setiap individu ialah unik dan mempunyai kemampuan yang berbeda beda.

Di Indonesia, makin menjamur pendapat lulusan Taman Kanak-kanak harus bisa membaca dan menulis alasannya administrasi sekolah dasar cenderung lebih mendapatkan calon murid yang sudah menguasai kedua hal tersebut. Ironisnya, selain wajib bisa membaca dan menulis, anak Taman Kanak-kanak sudah diajari bahasa Inggris. Orang tu pun besar hati ketika anaknya lebih cepat sanggup membaca dan menulis.

Soft skill ibarat kemampuan berpikir kritis, kepemimpinan dan kemampuan memecahkan problem menjadi kemampuan dasar yang sangat penting. Laporan tersebut mengingatkan kita untuk selalu menjadi insan pembelajar. Pendidikan di Singapura telah menyesuaikan diri untuk mengikuti perubahan ini. Kita akan melihat siapa yang akan unggul dalam persaingan kerja di masa depan.
Advertisement

Iklan Sidebar

Adsense 728x90