Tekanan berat dan ekspektasi tinggi semoga anak selalu sukses berpotensi membahayakan perkembangan dan kesejahteraan anak. |
Masalah akan muncul saat orangtua mengawasi seluruh acara anak secara berlebihan dan menempatkan ekspektasi yang amat tinggi bagi mereka. Suniya Luthar, seorang profesor psikologi di Columbia menyatakan tekanan berat dan ekspektasi tinggi agar selalu sukses dalam bidang akademis dan non-akademis berpotensi membahayakan perkembangan dan kesejahteraan anak.
Ia mencontohkan orangtua yang mendaftarkan anak-anak mereka mengikuti aneka macam ekskul, les bimbel, klub olahraga, dan kursus privat mirip les musik atau kursus bahasa absurd demi menjadikannya sebagai anak berprestasi. Lama-lama, ini juga akan menjauhkan anak dari interaksi dengan anggota keluarga terdekatnya alasannya merasa diteror dan diperlakukan bagai robot.
Sementara itu, Dr. Luthar dan Polly Young-Eisendrath, dua orang psikolog klinis sekaligus co-penulis buku The Self-Esteem Trap, baiklah bahwa terlalu banyak mengharuskan si kecil melaksanakan aneka macam kegiatan sepulang sekolah sanggup menunjukkan duduk perkara pada kehidupan anak.
Mereka beralasan, saat usia anak belum menginjak 11-12 tahun, anak sedang mencar ilmu untuk mulai membuatkan dirinya. Nah, mengikuti kegiatan yang terlalu banyak hingga di luar batas kemampuannya sanggup berisiko untuk mengganggu perkembangan alami anak.
Seperti yang lansir dari laman Hello Sehat, menyerupai sebuah perangkat elektronik yang terlalu dibebankan dengan pekerjaan yang berat, lambat laun perangkat itu akan rusak. Begitu pula dengan kondisi si kecil.
Yang perlu orangtua perhatikan ialah di mana batas wajarnya sehingga tidak hingga merugikan kesehatan anak, juga hubungannya dengan Anda serta anggota keluarga lainnya. Anda sebagai orangtua sebaiknya mengikuti saja kemauan dan minat anak semoga dia tidak merasa terpaksa dan terbebani saat menjalaninya.
Advertisement